SELAMAT DATANG DI BLOG SEPUTAR DUNIA PERPUSTAKAAN, SEMOGA BISA BERMANFAAT BUAT TEMAN-TEMAN.

lowongan d3 perpin

Dibutuhkan lulusan D3 perpustakaan untuk mengisi posisi sebagai pustakawan di Magister Ilmu Lingkungan UNDIP.
Dengan syarat2 sebagai berikut :
pria/wanita, IPK minimal 3,25. Memiliki kemampuan bidang perpustakaan excellent, memiliki kemampuan bahasa inggris yang cukup (minimal pasif), memiliki komitmen yang kuat, mem...iliki pengalaman di bidang perpustakaan akan lebih diutamakan. Lamaran dapat dikirimkan langsung ke Ketua Program Magister Ilmu Lingkungan jalan Imam Barjo (sebelah gedung Pasca Sarjana UNDIP) Semarang.

lomba penulisan karya ilmiah perpustakaan

lomba ini dikhususkan bwt tmn" ILmu Perpust dr smua angkatan..
bagi xan yg mempunyai bakat nulis,tunjukkan eksistensimu dcini
N bagi xan yg ngerasa lum bakat nulis,jg jgn mw ktinggalan tuk belajar nulis..
lumayan loh, iseng2 berhadiah..

caranya gampang kok, cuma nulis artikel dengan memilih salah satu tema yang uda ditentu...in yaitu :
1. perpust untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
2. peran perpust di era globalisasi
3. pustakawan ideal 2010

bwt ktentuan penulisan bs m'hubungi cp dbwh ini:
kingkin:085642642488
ella :085641570507
(menerima via telp dan via sms)

hadiahnya :
juara 1 Rp 125 rb +sertifikat
juara 2 Rp 100 rb +sertifikat
juara 3 Rp 75 rb +sertifikat
buat 10 karya terbaik akan diberi sertifikat N karyanya bakal dibukukan..

lowongan kerja SEGERA!!

Dibutuhkan lulusan DIII atau S1 perpustakaan di SMA 16 Semarang.. bagi temen2 yang mau, segera kirim lamaran ke sma 16 semarang .. di tunggu secepatnya. thanks


Seminar Nasional 2009

Seminar Nasional 2009 PENGEMBANGAN MINAT BACA & PERILAKU INFORMASI MASYARAKAT URBAN akan diselenggarakan pada:

info lengkap bisa di buka di (http://infolibseminar.com/)

Hari : Kamis. 10 desember 2009
Pukul : 08 : 00 – 13 : 30 WIB
Lokasi : Aula Gedung C Lantai 3 FISIP UNAIR

lowongan kerja

ada info di butuhin pustakawan di SMA 16 Semarang, silahkan kalo ada temen2 perpin yang pengen daftar. untuk alamtnya cari sendiri ya.. kira2 sekitar mijen or arah ngalian lurus ja.. sorry infonya kurang lengkap.. good luck


Info Lowongan Kerja

info bagi alumni DIII perpin lowongan kerja di SMA MITRA Semarang Perum puri Anjasmoro Blok FF-1 Semarang telp 7607097 dekat PRPP dan Kampung Laut. lamaran dikirim ke Po. Box 6652 paling lambat tgl 7 Des 2009 selamat mencoba.. good luck

lowongan pustakawan

Dibutuhkan Pustakawan dengan kualifikasi sebagai berikut :

1.Pengalaman kerja minimal 1 th.
2.Bisa adobe acrobat (pdf maker), ms office, ms access atau aplikasi library.
3.Mengetahui konsep e-library
4.Bisa kerja team
5.Mau kerja lembur bila diperlukan
6.Nilai plus jika punya pengetahuan ttg GIS (geographic Information System)dan data
data Oil & Gas.
7.Salary sekitar 2 jutaan.

Salam,
Lilik Lasono
Technical Data Center Supervisor
PT. Medco E&P Indonesia
Menara Bidakara Lt. 18
Jl. Gatot Subroto Kav 71-73
Jakarta

e-mail : "Lilik Lasono"

LAMARAN DITUNGGU PALING LAMBAT MINGGU INI !!!

Lowongan Kerja

STAF PERPUSTAKAAN

Syarat-Syarat:
- Lulusan D3 perpustakaan
- Bisa mengoperasikan Komputer
- IPK Max 30 th
- Berbadan sehat (Surat Ket.Sehat dari dokter dilampirkan)
- Berkelakuan baik
- Punya referensi
- CV, Pasphoto berwarna ukuran 4x6, FC KTP& KK
- Berpengalaman di bidangnya lebih diutamakan

Surat Lamaran diterima paling lambat tanggal 13 Juni 2009 & ditujukan kepada :
ketua prodi magister Ilmu Kesehatan masyarakat

program pascasarjana UNDIP
Jl. Imam bardjo, SH No 3 lantai 3 Semarang



SmoGa BermanfAAt!!!ayo..capa yg mw dfTr??

Seminar Nasional Perpustakan

Seminar Nasional:
PERPUSTAKAAN ELEKTRONIK: PENGELOLAAN DAN PELAYANANNYA
Hari: Kamis 18 Juni 2009
Waktu: 08.30 wib sd selesai
Tempat; Ruang serbaguna 101 Manajemen UNDIP Pleburan
Pembicara
1. Ida Fajar, Mls (kepala UPT Perpustakaan UGM)
2. Hendro Wicaksono (Konsultan IT, Pengelola Senayan Outomasi Library dan Diknasgo.id)
3. Drs Sriati Suwanto, MSi (ketua jurusan s1 Perpustakaan UNDIP)

HTM
*Umum 75r b
*Mahasiswa: 35 rb
*Mahaiswa UNDIP: 25 rb

Info dan pendaftaran:
Andre 024 70672232
Dian 085225532305
Presented by HMJ S1 Perpustakaan FIB UNDIP

Profesionalisme pustakawan di era global

PENDAHULUAN

Di era global saat ini dimana informasi membludak, profesi pustakawan terus menjadi sorotan. Memang…diharapkan profesi ini mampu mengelola banjir informasi yang berdampak luas pada masyarakat. Sebelum membicarakan era global-era Internet, dan ketrampilan pustakawan ujavascript:void(0)ntuk menghadapinya, maka penulis sedikit menyinggung tentang persyaratan profesi.
Menurut Abraham Flexner yang dikutip Wirawan (1993) profesi paling tidak harus memenuhi 5 persyaratan sbb:
(1) profesi itu merupakan pekerjaan intelektual, maksudnya menggunakan intelegensia yang bebas yang diterapkan pada problem dengan tujuan untuk memahaminya dan menguasainya;
(2) Profesi merupakan pekerjaan saintifik berdasarkan pengetahuan yang berasal dari sains;
(3) Profesi merupakan pekerjaan praktikal, artinya bukan melulu teori akademik tetapi dapat diterapkan dan dipraktekkan;
(4) Profesi terorganisasi secara sistematis. Ada standar cara melaksanakannya dan mempunyai tolok ukur hasilnya;
(5) Profesi-profesi merupakan pekerjaan altruisme yang berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya bukan kepada diri profesionalisme. Sedangkan profesionalisme menunjukkan ide, aliran, isme yang bertujuan mengembangkan profesi, agar profesi dilaksanakan oleh profesional dengan mengacu kepada norma-norma, standar dan kode etik serta memberikan layanan terbaik kepada klien.
Dari uraian di atas jelas, bahwa pustakawan adalah sebuah profesi. Dan bagaimana dengan tantangan ke depan? Dari sinilah penulis berangkat menuangkan pemikiran agar dapat memberi masukan, serum, dorongan, semangat agar profesi pustakawan dapat lebih bermanfaat dan menggigit kepada masyarakat secara luas utamanya di era global yang sarat tantangan saat ini.

2 ERA GLOBAL-ERA INTERNET
Era global telah merambah dan melanda semua orang tidak terkecuali pustakawan. Era global membuka mata hati bahwa didalam kehidupan ini kita perlu orang lain dimanapun tanpa mengenal batas. Perkembangan teknologi komunikasi dan telekomunikasi seperti Internet dapat mengubah banyak orang menjadi kosmopolitan. Picasso yang dikutip Muis (2001) mengatakan bahwa dunia telah menjadi kosmopolitan dan kita saling mempengaruhi satu sama lain.
Internet dengan muatan-muatan bisnis, pendidikan dsb, telah mampu mempengaruhi pola pikir kita semua. Ia telah mengubah kehidupan secara drastis. Ia telah mereformasi sejumlah praktek-praktek bisnis kuno. Amazon.com misalnya telah mengubah wajah industri eceran dan distribusi menjadi sedemikian revolusioner. Film Blair Watch Project menggunakan Internet sebagai media yang kreatif dan murah untuk mempromosikan film mereka. Hanya dengan bermodalkan $15.000, situs Blair Witch Project berdiri. Tak kurang dari 75 juta orang telah mengunjungi situs itu. Dan ketika diputar, film ini menghasilkan rekor penjualan tiket tak kurang dari 100 juta dolar (Kurnia, ….). Sungguh tidak terbayangkan hanya dengan memasukkan nomer credit card pada “secure server” sebuah bisnis maya barang yang diinginkan datang pada saatnya. Jadi tidak perlu lagi montang – manting ke Bank untuk membeli bank draft dan mengirimkannya. Praktis, hemat waktu, uang dan tenaga. Bukan main.
Internet sudah menjadi suatu media pilihan untuk mendapatkan informasi aktual dan faktual. Walaupun Internet bukanlah panacea, satu-satunya pilihan, namun sudah menjadi harapan utama untuk mendapatkan informasi aktual.
Tantangan ini akan semakin ramai dan kompetitif tajam dengan realisasi AFTA 2003 (Asean Free Frade Area) – perdagangan bebas antara negara Asean. Perdagangan bebas ini berarti akan terjadi antara lain :
1. Banjirnya tenaga Malaysia dsb di Indonesia, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan bahasa Inggris dan ketrampilam khusus.
2. Pada lingkungan pekerjaan bahasa Inggris akan lebih dominan dibanding bahasa Indonesia.
3. Lapangan pekerjaan akan melimpah ruah bagi orang-orang yang memiliki kualifikasi dan kemampuan kerja tinggi, mampu berkomunikasi secara internasional dan mempunyai wawasan luas.
3
4. Kematian bagi orang-orang yang buta komputer atau buta bahasa Inggris. Kematian dalam arti tidak bisa berkembang. Pada saat itu buta komputer hampir identik dengan buta huruf (Mahayana, 1995).
Penggunaan Internet untuk pendidikan cukup menonjol dan cukup ampuh dalam upaya memperkini ilmu pengetahuan pada pemakainya. Pemanfaatan Internet untuk pendidikan misalnya :
1. Perpustakaan Online
2. Buku online & jurnal online
3. Pembelajaran jarak jauh (distance learning)
4. Pendaftaran kuliah online
5. Kuliah & tugas kuliah
6. dsb
Keampuhan Internet di Era global sebagai media pengaruh cukup signifikan terhadap budaya tradisional. Internet mampu menggeser budaya hidup masyarakat, misalnya : … masyarakat menjadi semakin longgar (permisif) terhadap perilaku yang untuk beberapa tahun yang lalu kurang enak dipandang kini menjadi biasa. … perilaku remaja (dan juga orang tua) yang begitu longgar terhadap pergaulan yang menjurus kepada penyimpangan norma agama (Suyono, 1999). Disamping itu era global menurut Abidin (1999) mampu :
1. Mengubah pola hidup, seperti :
a) dari agraris tradisional menjadi masyarakat industri modern
b) dari lamban ke serba cepat
c) dari berasas nilai sosial menjadi konsumeris materialistis
d) dari tata kehidupan tergantung dari alam kepada menguasai alam
2. Membawa perubahan perilaku, terutama pada generasi muda (para remaja), seperti :
a) …pergaulan a-susila di kalangan pelajar dan mahasiswa. Pornografi yang susah dibendung (Masih ingat…….. Itenas 2001)
b) kecanduan terhadap ecstasy
Perkawinan tradisional yang dulu cukup dengan jodoh satu kampung, di era global dengan bantuan Internet perkawinan dapat meretas batas bukan saja desa tapi negara. Seperti akan kawinnya Sanad Biber dari Bosnia dan Tri RK gadis dari Kediri (Sadaruwan, 2001). Memang jodoh di tangan Tuhan, tapi usaha manusia tetap
4
dibutuhkan. Perkawinan lintas negara (kesejagadan) berawal dari pemanfaatan Internet dengan fasilitas chatting dan e-mail. Sekarang telah berkembang dengan situs-situs yang menarik hati.

BAGAIMANA PUSTAKAWAN?
Menghadapi riuh rendah dan carut-marutnya kehidupan yang terus berpacu dengan perkembangan teknologi di era global, maka pustakawan harus menghadapi kenyataan tersebut. Supaya berhasil mengatasinya, pustakawan sebagai profesi harus memiliki beberapa ketrampilan, antara lain :
1. Adaptability
Pustakawan hendaknya cepat berubah menyesuaikan keadaan yang menantang. Mereka tidak selayaknya mempertahankan paradigma lama yang sudah bergeser nilainya. Pustakawan sebaiknya adaptif memanfaatkan teknologi informasi. Feret dan Marcinek (1999) menyatakan bahwa pustakawan harus berjalan seirama dengan perubahan teknologi yang terus bergerak maju dan pustakawan harus mampu beradaptasi sebagai pencari dan pemberi informasi dalam bentuk apapun. Pustakawan dalam memberikan informasi tidak lagi bersumber pada buku teks dan jurnal yang ada di rak, tetapi dengan memanfaatkan Internet untuk mendapatkan informasi yang segar bagi penggunanya. Erlendsdottir (1997) menyatakan kita bukan lagi “penjaga” buku. Kita adalah information provider di situasi yang terus berubah dan dimana kebutuhan informasi dilakukan dengan cepat dan efektif. Sekarang misi kita adalah mempromosikan jasa-jasa untuk informasi yang terus membludak. Dan bahkan jika kita tidak berubah, teknologi informasi akan mengubah tugas kita.
2. People skills (soft skills)
Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada pengguna. Mereka harus lihai berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan penggunannya. Agar dalam berkomunikasi dapat lebih impresif dengan dasar win-win solution maka perlu people skills yang handal. Menurut Abernathy dkk.(1999) : …perkembangan teknologi akan lebih pervasive tetapi kemampuan tentang komputer saja tidaklah cukup untuk mencapai sukses. Karena itu membutuhkan people skills yang kuat yaitu :
a. pemecahan masalah (kreatifitas, pencair konflik)
5
b. Etika (diplomasi, jujur, profesional)
c. Terbuka (fleksibel, terbuka untuk wawasan bisnis, berpikir positif)
d. “Perayu” (ketrampilan komunikasi dan mendengarkan atentif)
e. Kepemimpinan (bertanggung jawab dan mempunyai kemampuan memotivasi)
f. berminat belajar (haus akan pengetahuan dan perkembangan). Hal ini didukung oleh Feret dan Marcinek (1999), yang mengatakan bahwa pustakawan masa depan harus sudah siap untuk mengikuti pembelajaran seumur hidup. Hal ini penting agar pustakawan mudah beradaptasi.
People skills ini dapat dikembangkan dengan membaca, mendengarkan kaset-kaset positif, berkenalan dengan orang positif, bergabung dengan organisasi positif lain dan kemudian diaplikasikan dalam aktivitasnya sehari-hari.
3. Berpikir positif
Didalam otak kita terdapat mesin “yes” . Ketika kita dihadapkan sesuatu pekerjaan yang cukup besar, maka umumnya kita berkata : Wah….. tidak mungkin; aduh….. sulit, dsb. Maka apa yang kita laksanakan juga tidak mungkin terjadi . Pesimistis . Dan pesimistis bukan sifat pemenang tapi pecundang. Pustakawan diharapkan menjadi orang di atas rata-rata. Sebagai pemenang yang selalu berpikiran positif, sehingga jika dihadapkan pada pekerjaan besar seharusnya berkata “yes” kami bisa. Remember, you are what you think, you feel what you want. Orang Jawa berkata mandi ucape dewe
4. Personal Added Value
Pustakawan tidak lagi lihai dalam mengatalog, mengindeks, mengadakan bahan pustaka dan pekerjaan rutin lainnya, tetapi di era global ini pustakawan harus mempunyai nilai tambahnya. Misalnya piawai sebagai navigator unggul. Dengan nilai tambah, yang berkembang dari pengalaman , training dsb, pustakawan dapat mencarikan informasi di Internet serinci mungkin. Hal ini sudah barang tentu akan memuaskan pengguna perpustakaan. Kepuasan pengguna itu sangat mahal bagi dirinya maupun bagi perpustakaan dimana ia bekerja.
5. Berwawasan Enterpreneurship
Sudah waktunya bagi pustakawan untuk berpikir kewirausahaan. Informasi adalah kekuatan. Informasi adalah mahal, maka seyogyanya pustakawan harus sudah mulai berwawasan enterpreneurship agar dalam perjalanan sejarahnya
6
nanti dapat bertahan. Lebih-lebih di era otonomi, maka perpustakaan secara perlahan harus menjadi income generation unit. Memang sudah ada pustakawan yang berwawasan bisnis, tapi masih belum semuanya. Paradigma lama bahwa Perpustakaan hanya pemberi jasa yang notabene tidak ada uang harus segera ditinggalkan.
6. Team Work - Sinergi
Di dalam era global yang ditandai dengan ampuhnya Internet dan membludaknya informasi, pustakawan seharusnya tidak lagi bekerja sendiri. Mereka harus membentuk team kerja untuk bekerjasama mengelola informasi. Choo yang dikutip Astroza dan Sequeira (2000) mengatakan bahwa perubahan teknologi menawarkan kesempatan unik untuk bekerjasama lintas disiplin dengan profesional lainnya :
- pakar komputer yang bertanggung jawab pada pusat komputer
- pakar teknologi yang bertanggung jawab pada infrastruktur teknologi, jaringan dan aplikasi
- pakar informasi (pustakawan) yang mempunyai kemampuan dan pengalaman untuk mengorganisasi pengetahuan dalam sistem dan struktur yang memfalisitasi penggunaan sumber informasi dan pengetahuan.
Diharapkan dengan team work, tekanan di era industri informasi dapat dipecahkan. Menurut Astroza dan Sequeira (2000) perubahan teknologi dan perkembangan industri informasi berdampak luas pada profesional informasi : pustakawan, arsiparis, penerbit. Profesi ini menghadapi 2 tekanan komplementer, yaitu :
1. perkembangan jumlah informasi dan tersedianya teknologi baru, memungkinkan untuk akses dan memproses informasi lebih besar dari lima tahun yang lalu.
2. harapan pengguna yang terus meningkat dapat menciptakan kebutuhan jasa informasi yang kualitasnya lebih canggih.
Dengan enam ketrampilan di atas diharapkan pustakawan akan terus berkembang menjalankan tugasnya seiring dengan perubahan jaman yang begitu cepat. Profesionalisme pustakawan akan lebih mendarah daging dan menjiwai setiap aktivitasnya.
7
BAGAIMANA IPI ?
Bagaimana dengan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI yang harus dibaca i_pé_i) yang telah berusia 28 tahun ini. Dari segi umur merupakan masa yang cukup kokoh, tangguh dan perkasa. Suatu periode yang mampu menghadapi perubahan tentunya.
Untuk itulah maka IPI harus :
1. Mampu merespons arus kesejagadan (globalisasi) yang disamping menyodorkan kesempatan dan tantangan tapi juga memberi ancaman. Dengan enam ketrampilan di atas diharapkan IPI sebagai wadah pustakawan dapat terus berkembang sesuai dengan programnya.
2. Mampu menunjang kelancaran otonomi daerah.
Otonomi daerah pada hakekatnya adalah kemandirian dalam penyelenggaraan pemerintahan, proses pembangunan, pemberdayaan masyarakat yang memerlukan pengelolaan (manajerial) yang professional, benar dan baik untuk mewujudkan good governance dan clean governance (Chajaridipura, 2001). Ada satu kunci yang perlu dicermati, yaitu pemberdayaan masyarakat. Karena masyarakat Indonesia 65% berada di desa, maka IPI harus mampu memberdayakan, dalam arti membuat masyarakat mampu bersaing di era global yang penuh persaingan ini. Untuk itu IPI harus mulai menggarap pustakawan – pustakawan desa agar mereka handal dan tangguh melalui training atau pelatihan- pelatihan yang efektif serta aplikatif.
3. Dalam setiap kegiatan hendaknya IPI bersinergi dengan asosiasi atau institusi lain, misalnya FPPTI, FKP2T dsb, agar gregetnya terasa lebih menggigit.
4. IPI hendaknya lebih extrovert. Tak kenal maka tak sayang itulah pepatah yang harus menjiwai di tubuh IPI. Dari dulu penulis mengingnginkan IPI lebih ada keberadaannya. Kegiatan profesional suatu saat tertentu ditinggalkan sebentar untuk kegiatan global dan isidental, misalnya : ikut serta pelaksanaan bersih kota, mengentas kemiskinan dsb. Karena dengan membaurnya IPI dengan masyarakat luas maka masyarakat semakin dekat dengan IPI. Dan IPIpun akan dikenal dan disayang.
8
PENUTUP
Era global dan era Internet telah menantang profesionalisme pustakawan. Tantangan tersebut bukanlah hal yang menakutkan, tetapi justru menjadi peluang emas bagi pustakawan untuk bergerak maju meretas batas. Dengan enam ketrampilan di atas diharapkan pustakawan demikian juga wadahnya IPI, akan lebih exist dan berjuang sesuai dengan program kerjanya. Dan terus mendukung program pemerintah yang tertuang dalam TAP MPR-RI No. XV/MPR/1998, tanggal 13 November 1998 tentang : Penyelenggaraan Otonomi Daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional, yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Semoga.
9
DAFTAR PUSTAKA
- Abidin, Mas’oed (1999). Dampak globalisasi memasuki millennium ketiga.
(http ://www.geocities.com/Tokyo/Ginza/8700/dampak.html )
- Abernathy et.al (1999). Test your 2000 + People Skills. (http://proquest.umi.com/ pqdweb? TS . Restricted search)
- Astroza, M. T dan Sequeira,D (2000). Challenges in training new health information professionals in Latin America. (http://www.icml.org/wednesday/choice/ astroza/final.htm)
- Chajaridipura (2000). Binatang apakah Otonomi Daerah itu ? Manajemen. Mei.
- Erlendsdottir, L (1997). New technology, new librarians ?.
(http:www.ukoln.ac.uk/services/papers/bl/ans-1997/erlendsdottir).
- Feret, B dan Marcinek, M (1999). The future of the academic library and the academic librarian – a Delphi Study. (http://educate.lib.chalmers.se/IA …roceedcontents/ chanpap/feret.html).
- Kurnia, K (….), Manfaat Internet. Kompas Cyber Media (http://www.kompas. com/kcm/kafi/ kf11.htm)
- Mahayana, D (1995). Menjemput masa depan (http://www15.brinkster.com/stress95/ articles.htm).
- Muis, A (2000). Indonesia di era dunia maya. Bandung : Remaja Rosdakarya.
- Suyono (1999), Masa depan pendidikan dan pendidikan masa depan. Suara Pemba-haruan Daily. (http://www.suarapembaruan.com/News/1999/01/300199/OpEd /op01/op01.htmlT)
- Sadaruwan, A (2001). Kawin Internet Pemuda Bosnia-Cewek Kediri .Jawa Pos. 5 Ok-tober.
- Wirawan (1993). Profesi kepustakawanan : suatu analisa. Makalah disampaikan pa-da

MENUJU PERPUSTAKAAN IDEAL

MENUJU PERPUSTAKAAN IDEAL

Zaman telah berubah. Dari tahun ke tahun semua bangsa maju dan berkembang berlomba untuk memantapkan posisi masing-masing. Jaringan komunikasi global pun semakin meningkat. Segala macam peralatan canggih dan praktis diciptakan pula untuk kemudahan komunikasi. Dengan adanya komunikasi yang serba cepat dan efektif itu maka informasi yang ada akan cepat menyebar dari pusat sampai ke pelosok. Kita dapat mengetahui kejadian di belahan bumi dalam waktu yang sama tanpa kita harus pergi ke tempat kejadian. Untuk menyambut era globalisasi ini tentu saja semua lembaga bersaing ketat dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat termasuk perpustakaan. Perpustakaan di jaman dulu dan sekarang tentu saja berbeda. Pada jaman dulu semua masih sederhana, manajemen yang ada belum ditata secara efektif sehingga pelayanannyapun belum maksimal. Sekarang dengan mengetahui prinsip-prinsip kepustakawanan yang ada maka per-pustakaan diharuskan dapat berperan banyak dalam menyebarkan informasi. Kemajuan jaman sekarang memang menuntut perpustakaan untuk membenahi dirinya ke arah kemajuan agar tidak ditinggalkan oleh masyarakat.


Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Dengan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan bertujuan untuk mendayagunakan koleksinya untuk kepentingan umum bukan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Lalu pertanyaan yang muncul sekarang adalah bagaimana cara mewujudkan perpustakaan yang dapat melayani pemakai dengan baik dan efektif sehingga pemakai dapat menemukan informasi secara cepat dan tepat. Untuk mewujudkan hal itu tentu saja bukan pekerjaan yang mudah tapi bisa terlaksana. Dalam membuat perpustakaan yang ideal yang mampu menjawab tantangan jaman, perlu memperhatikan hal-hal yang penting seperti di bawah ini.

Pertama adalah sumber daya manusia yang mengelola perpustakaan. Komponen ini adalah sesuatu yang sangat penting dalam proses pengembangan diri perpustakaan. Keluwesan dalam menanggapi dinamika perubahan jaman oleh pustakawan mutlak diperlukan jika per-pustakaan ingin maju. Sekarang ini jalan yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah SDM dalam dunia perpustakaan adalah menetapkan ketentuan calon pustakawan harus berpendidikan minimal D-3 perpustakaan. Tapi walaupun begitu ternyata perpustakaan belum dapat berkembang secara optimal. Rupanya dengan hanya berpendidikan D3 perpustakaan saja belum cukup. Hal yang terpenting dalam pengadaan SDM untuk menuju perpustakaan yang ideal adalah pustakawan yang berdedikasi tinggi pada tugas dan mempunyai kemampuan plus. Mereka tidak hanya bermodalkan tanda lulus dari D3 perpustakaan tapi juga harus bisa menguasai ketrampilan lain yang ada hubungannya dengan pengolahan perpustakaan seperti komputer. Di jaman yang serba canggih ini komputer tak bisa ditinggalkan begitu saja, karena komputerlah yang menguasai semua jaringan informasi global. Padahal kita tahu bahwa perpustakaan adalah pusat dan penyebar informasi. Alangkah menyedihkan jika perpustakaan yang merupakan gudang ilmu dan informasi tidak bisa melakukan tugasnya memberikan informasi pada masyarakat, hanya karena SDM-nya yang tak mempunyai kemampuan untuk melayaninya. Rupanya alasan itulah yang membuat masyarakat beropini kurang baik terhadap perpustakaan dan memandang sebelah mata pada perpustakaan.

Hal kedua yang perlu dicermati dalam pengembangan perpustakaan adalah manajemen perpustakaan yang digunakan. Manajemen ini juga tergantung pada SDM dalam perpustakaan tersebut. Jika SDM-nya cukup berkemampuan untuk membuat kebijakan yang membuat perpustakaan maju, maka perpustakaan akan cepat berkembang. Manajemen yang terkesan berbelit-belit dan kolot tak lagi berlaku di jaman sekarang. Untuk itu dibutuhkan segalanya yang serba praktis dan efektif termasuk dalam mengatur perpustakaan.

Penambahan pegawai perpustakaan yang tidak dapat berperan banyak seharusnya dihilangkan, karena tidak efektif. Biaya yang dikeluarkan untuk menggaji mereka sia-sia saja. Bila perpustakaan benar-benar membutuhkan tambahan tenaga baru maka sistem penerimaannya harus dilakukan secara selektif bukan menggunakan sistem kekeluargaan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan yang fatal. Dengan kata lain bahwa perpustakaan mementingkan kualitas dari pada kuantitas pengelolanya. Selain itu pengaturan struktur organisasinya juga harus jelas. Masing-masing bagian harus mengerti tugas dan kewajibannya. Bagian pengadaan bahan pustaka, pengolahan, penyimpanan dan redistribusi harus tahu kedudukannya dan peranannya dalam perpustakaan. Kalau mereka sudah tahu dan menyadari akan hal itu maka proses temu kembali informasi akan terjadi secara cepat dan tepat. Selain itu manajemen yang ada juga harus mengutamakan komunikasi yang baik antara bawahan dan atasan. Bentuk komunikasi seperti ini penting agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menjalankan tugas. Sikap atasan yang terkesan "galak" pada bawahannya kurang baik walaupun sikap tegas juga diperlukan. Sikap yang tidak bersahabat dari atasan pada bawahan akan menyebabkan bawahan tidak bisa berkembang karena merasa terkekang.

Ketiga, sesuatu yang tak kalah pentingnya dalam mewujudkan perpustakaan ideal adalah lengkapnya koleksi yang dimiliki oleh perpusta-kaan. Kita mungkin sering mengalami kekecewaan manakala kita datang ke perpustakaan untuk mencari informasi ternyata kita di sana tidak memperoleh apa-apa hanya karena perpustakaan tersebut tidak lengkap. Sebetulnya hal itu tidak perlu terjadi apabila perpustakaan rajin meng-adakan kerjasama di antara mereka. Perpustakaan tak perlu membeli semua bahan koleksi untuk melayani pemakai, karena hal itu tak mungkin. Tapi dengan adanya kerjasama antar perpustakaan yang baik dan konsisten maka biaya pengadaan bisa ditekan. Bentuk kerjasama tentu saja ber-macam-macam mulai dari pengadaan bahan pustaka sampai kerjasama pengolahan. Kerjasama antar perpustakaan tidak hanya menguntungkan pemakai saja tapi juga para pustakawannya, karena antar pustakawan dapat saling bertukar informasi atau seputar dunia kerja di perpustakaan sehingga pengalaman mereka menjadi lebih banyak.

Hal keempat, yaitu soal dana. Sampai saat ini masalah yang dihadapi perpustakaan adalah kurangnya dana yang dimiliki oleh perpustakaan dan sedikitnya subsidi dari pemerintah.

Alasan ini pula yang sering disebutkan untuk menjawab mengapa perpustakaan kurang berkembang. Tapi seharusnya hal itu tak perlu terjadi karena perpustakaan dapat memperoleh dana dari luar apabila pustakawannya mampu dan mau berkreasi. Cara yang ditempuh banyak sekali, diantaranya selain menajdi tempat peminjaman buku pada masyarakat, perpustakaan juga membuka usaha lain seperti fotokopi, menjual peralatan sekolah, bahkan makanan. Hal tersebut boleh-boleh saja asal tidak mengganggu tugas utamanya sebagai tempat penyebar ilmu dan informasi. Tapi untuk mewujudkan hal itu . .

Pemasaran dan Promosi Perpustakaan

Pemasaran dan Promosi Perpustakaan

Pemasaran adalah penganalisisan, perencanaan, penerapan dan pengawasan program agar terjadi pertukaran nilai dengan pasar yang ditargetkan demi tujuan organisasi. Promosi adalah pelayanan mengenalkan seluruh aktivitas yang ada di perpustakaan agar diketahui oleh khalayak umum. Promosi perpustakaan pada dasarnya merupakan forum pertukaran informasi antara organisasi dan konsumen dengan tujuan utama memberikan informasi tentang produk atau jasa yang disediakan oleh perpustakaan sekaligus membujuk siswa dan guru untuk berekreasi terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Hasil dari promosi adalah tumbuhnya kesadaran sampai tindakan untuk memanfaatakanya.

a. tujuan promosi

Promosi perpustakaan adalah aktivitas memperkenalkan perpustakaan dari segi fasilitas, koleksi jenis layanan, dan manfaat yang dapat diperoleh oleh setiap pemakai perpustakaan secara lebih terperinci, tujuan promosi perpustakaan adalah :

1. memperkenalkan fungsi perpustakaan kepada masyarakat pemakai

1. mendorong minat baca dan mendorong masyarakat agar menggunakan koleksi perpustakaan semaksimalnya dan menambah jumlah orang yang membaca

2. memperkenalkan pelayanan dan jasa perpustakaan kepada masyarakat.

Metode memamerkan jasa perpustakaan

Berikut ini adalah metode memamerkan jasa perpustakaan berupa :

1. nama dan logo

2. poster dan panflet

3. pameran

4. media dan video

5. ceramah

6. iklan

Sarana promosi bentuk tercetak

Ada beberapa macam bentuk tercetak yang dapat dilakukan untuk sarana promosi perpustakaan, antara lain adalah sebagai berikut :

1. brosur

2. poster

3. map khusus perpustakaan

4. pembatas buku

Unsur-unsur promosi

Hal lain yang harus diketahu untuk mempromosikan perpustakaan adalah unsur-unsur promosi seperti di bawah ini :

- attention/perhatian - action/tindakan

- interest/ketertariakan - satisfy/kepusan

- desire/keinginan

Bentuk-bentuk pemasaran

Salah satu cara yang efektif untuk menembus pembatas dan penghalang komunikasi antara perpustakaan dan penggunanya adalah dengan jalan mengadakan kegiatan perpustakaan yang melibatakan staf perpustakaan dan pengguna. Beberapa macam kegiatan yang dapat dilakukan untuk promosi antara lain :

- peningkatan diri para petugas perpustakaan dengan :

ü berusaha tampil penuh percaya diri,

ü berpandangan positif,

ü berpakaian dengan sopan dan rapi

- pendekan pada guru dilakukan dengan cara :

ü proaktif,

ü membuat daftar buku yang ada di perpustakaan berkenaan dengan tiap mata pelajaran dan diberikan kepada masing-masing guru sesuai dengan mata pelajarannya,

ü meminta daftar buku yang diperlukan guru-guru dalam menunjang pengajaran mereka

1. Pendekatan dengan pihak pemimpin dengan cara :

ü membuat perencanaan jangka pendek (1 tahun) yang berkualitas dengan argumentasi yang kuat dan diajukan kepada kepala sekolah

ü membuat laporan pembangunan perpustakaan secara periodik (perkuartal, persemeter, atau pertahun

ü mengajukan kepada kepala sekolah agar mewajibkan anak didik mengikuti kelas perpustakaan satu jam pelajaran dalam satu minggu

4. memberikan pelayanan yang baik agar kepuasan pengguna tercapai

ü memelihara penantaan buku yang rapi agar buku mudah didapat,

ü membiasakan diri agar biasa berdisiplin dengan waktu,

ü melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.

5. Kegiatan penunjang perpustakaan yang lain adalah

· membuat poster,

· membuat pamflet,

· mengadakan pameran buku

Petugas perpustakaan sebagai agen promosi

Sikap pustakawan secara langsung mempengaruhi citra perpustakaan. Jika petugas perpustakaan memperlihatkan sikap yang baik dalam memberikan pelayanan kepada pemakai, secara tidak langsung ia telah melakukan promosi.

Evolusi konsep pemasaran

Bebrapa evolusi konsep pemasaran dapat dijelaskan bahwa terdapat era dalam konsep pemasaran.

a. era produksi, yaitu paroduksi menciptakan kebutuhan sendiri.

b. era penjualan, yaitu mendapatkan konsumen atas produk yang dihasilkan.

c. era konsep pemasaran, yaitu memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen dan berusaha mencapai kebutuhan organisasi.

Pada saat ini perpustakaan masih berada dalam kebiasaan aggressive sales mode. Mary C. Bushing (1995) dalam the library product and exellence mengatakan bahwa marketing pemasaran menawarkan teori dan proses dimana perpustakaan dapat menghubungkan antara produk, hasil, dan peran.

Target pasar

Target pasar adalah sekelompok orang baik sebagai individu maupun organisasi yang memiliki kebutuhan informasi dan memiliki kemampuan, kemauan, dan hak untuk mendapatkan informasi. Pemasaran terdiri atas serangkaian kegiatan yang dimulai dengan kegiatan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan kelompok yang membentuk area pelayanan perpustakaan dan diakhiri dengan komunikasi kembali ke masyarakat berkaitan dengan penyediaan kebutuhan masyarakat tersebut. Di antara awal dan akhir tersebut terjadi proses perencanaan dan usaha pemasaran kedepan.

Identifikasi pasar yang ditarget

a. total marketing

pendekatan total market menggunakan single marketing mix. Dengan pendekatan tersebut target pasar dianggap memiliki kebutuhan yang sama, satu produk/dengan tambahan beberapa produk lain, satu harga, satu program promosi untu semua, satu sistem distribusi.

b. segmentasi pasar

segmentasi pasar adalah pemisahan proses pemisahan pasar total menjadi kelompok-kelompok pasar dengan kebutuhan yang sama. Pasar segmen adalah individu atau organisasi dengan ciri serupa sehingga kebutuhanya pun serupa. Strategi segmentaasi adalah sebagai berikut :

1. strategi konsentrasai

pemasaran tunggal terhadap segmentasi pasar tunggal dengan satu bauran pemasaran dan dilakukan terhadap segment tertentu. Keuntungan adalah pada kesempatan untuk menganalisis ciri dan kebutuhan kelompok konsumen (pemaki yang berbeda), usaha untuk memenuhi kebutuhan kelompok tersebut bisa maksimal, bisa bersaing dengan organisasi besar. Kerugian sumber terfokus pada satu segment dan apabila konsumen turun pemanfaatanya pun turun.

1. strategi multi segment

Dalam strategi multi segment dilakukan pemasaran terhadap dua atau lebih segmen sekaligus dengan bauran pemasaran sendiri-sendiri untuk masing-masing segment.

Variable segmentasi pasar adalah sebagai berikut :

1. variabel semeser satu

2. variabel jurusan

3. variabel fakultas

4. variabel sastra

Langkah pelaksanaan variabel adalah meliputi :

1. planing

2. assesment terhadap kebutuhan dan keinginan

3. assesmen dan prioritas

4. fullsilment

5. promosi

6. pelaksanan kerja

7. evaluasi segmentasi pasar

Elemen bauran pasar

Elemen bauran pasar adalah :

- produk yang terdiri dari brand name, features, image, pengepkan, tingkat kualitas, pelayanan.

- price yang terdiri atas daftar harga, promosi, kredit, dan diskon.

- place yangmeliputi channel, inventory, lokasi, retailers, wholesales, dan transportasi.

- promotion yang meliputi iklan, coupons, free samples, personal selling, product display, publicity, sales managenment, dan trade show.

Daftar Pustaka

l Sulityo-Basuki.1993.Pengantar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta: Gramedia.

l Qalyubi, sihabbudin.2003.dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab Iain Sunan Kalijaga.

Konsep Pengembangan Perpustakaan Konsep Library 2.0

Konsep Library 2.0
Istilah library 2.0 berawal dari konsep Web 2.0 yang merupakan generasi ke 2 dari WWW. Web 2.0 atau parcipatory web menggambarkan bagaimana teknologi WWW dimanfaatkan oleh aplikasi-aplikasi yang berkembang saat ini untuk berkolaborasi oleh para penggunanya dari seluruh penjuru dunia. Aplikasi yang memungkinkan itu salah duanya adalah blog dan wiki. Dua aplikasi itu digunakan pengguna untuk berkontribusi terhadap isi website lain.
Konsep kolaborasi dengan banyak orang inilah yang memberi inspirasi lahirnya konsep library 2.0 untuk mewujudkan parcipatory library service. Participatory library service artinya layanan-layanan perpustakaan yang dibangun berdasarkan masukan, evaluasi dan keterlibatan banyak orang: staff perpustakaan, pimpinan perpustakaan, dan pengguna. Perubahan yang terjadi di perpustakaan didasarkan pada masukan, evaluasi dan keterlibatan pengguna. Jadi inti Library 2.0 perubahan yang berpusat pada pengguna atau user-centered change. Hal ini dimungkinkan melalui teknologi informasi atau tanpa teknologi informasi.
Library 2.0 merupakan model untuk perubahan yang terus menerus, untuk memberdayakan pengguna melalui keterlibatan mereka dan layanan yang berfokus pada pengguna, dan perubahan dan untuk menjangkau pihak lain yang berpotensi sebagai pengguna melalui layanan-layanannya. Perubahan yang dapat dilakukan dengan konsep library 2.0 adalah perubahan pelayanan, prosedur dan operasional lainnya. Perubahan ini bersifat terus menerus melalui evaluasi dan pembaharuan.


Persiapan Library 2.0
Sebelum perpustakaan melakukan perubahan dalam bentuk apapun, perlu diketahui apa yang sudah dilakukan dan disajikan oleh perpustakaan kepada penggunanya. Ini dapat dilakukan dengan evaluasi diri tentang: layanan yang telah dilakukan/diberikan, pengguna yang sudah terjangkau oleh layanan dan koleksi perpustakaan, teknologi atau infrastruktur yang mendukung layanan dan pengelolaan perpustakaan. Dengan evaluasi ini, maka kondisi awal perpustakaan akan diketahui untuk melangkah kepada perubahan yang akan ditentukan.
Perubahan yang akan diadakan di perpustakaan perlu didasari pada visi dan misi perpustakaan. Perubahan yang tidak sejalan dengan visi misi perpustakaan akan mengaburkan tujuan perpustakaan dan mengakibatkan perubahan itu tidak sesuai dengan keberadaan perpustakaan di komunitasnya. Ini dapat saja berarti bahwa sebelum melakukan perubahan, peninjauan terhadap visi misi adalah langkah pertama dalam memulai perubahan.
Pada kenyataannya banyak perpustakaan, dalam jenis apapun, kurang memperhatikan dengan seksama apa visi dan misi perpustakaan berkaitan dengan lembaga yang naunginya dan komunitas penggunanya. Tanpa visi dan misi, perpustakaan seperti kapal tanpa kapten kapal yang menentukan arah dari kapal tersebut. Karena itu visi dan misi ini penting untuk dinyatakan secara jelas dan diketahui semua pihak yang berkaitan dengan perpustakaan. Visi dan misi sebaiknya ditinjau ulang setiap beberapa tahun sekali untuk memastikan keberlakuannya.
Salah satu komponen visi dan misi adalah tentang pengguna. Mengetahui dengan lengkap profil pengguna perpustakaan akan memberikan gambaran tentang layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal-hal yang perlu diketahui tentang pengguna perpustakaan adalah siapa mereka, latar belakang pendidikan terakhir, kegiatan mereka, kemampuan bahasa asing mereka, kemampuan literasi mereka, dan sebagainya. Misalnya profil pengguna perpustakaan adalah sebagai berikut:
- mahasiswa dan karyawan institusi dari perpustakaan,
- mahasiswa berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan fasilitas pendidikan dan tingkat mutu pendidikan yang beragam
- karyawan institusi lulusan SMA sebanyak 40% dan 60% lainnya bervariasi dari S1 sampai S3
- kegiatan mahasiswa adalah belajar, eksplorasi, berlatih, penelitian dan mencari hiburan
- karyawan administrasi bekerja rutin dan memiliki kebutuhan peningkatan kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan
- pengajar/dosen melakukan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat
- kemampuan bahasa Inggris mahasiswa rata-rata, kemampuan bahasa Inggris karyawan 40% di bawah rata-rata dan 60% di atas rata-rata
- kemampuan literasi informasi mahasiswa rendah karena belum mampu menyelesaikan masalah informasi dengan lancar dilihat dari informasi yang dihasilkan
Untuk mendapatkan profil ini, data-data mahasiswa di bagian akademik dapat membantu sebagian informasi tentang latar belakang. Sementara cara lain yang dapat dilakukan adalah melakukan survey kepada pengguna, mahasiswa dan karyawan dalam hal ini.
Selain tentang profil pengguna, informasi penggunaan layanan dan koleksi perpustakaan selama ini menjadi suatu hal yang dapat dievaluasi. Jumlah transaksi perhari dalam beberapa tahun terakhir ini apakah meningkat, menurun atau cenderung statis? Jumlah pengunjung perpustakaan menunjukkan angka yang meningkat atau sebaliknya? Informasi ini dianalisis dengan dilengkapi dengan informasi lain yang terjadi di luar perpustakaan. Misalnya peningkatan transaksi terjadi pada masa-masa ujian tengah semester atau akhir semester. Transaksi menurun pada liburan semester atau kuliah antar semester. Jumlah pengunjung dan jumlah transaksi tidak berbeda secara signifikan sehingga dapat diartikan bahwa pengguna datang lebih banyak untuk bertransaksi ketimbang berada di perpustakaan.
Hasil survey ini diharapkan akan melengkapi visi misi yang berikutnya atau memperbaiki visi misi yang sudah ada. Survey tentang profil pengguna dapat mempengaruhi komponen visi dan misi pada bagian lain seperti jenis koleksi dan juga infrastruktur pendukung pelayanan perpustakaan.
Komponen Library 2.0
Sebagai suatu konsep untuk mengembangkan perpustakaan Library 2.0 memiliki 3 komponen utama yaitu perubahan yang konstan dan bertujuan, partisipasi pengguna, dan penjangkauan pengguna dan pengguna potensial.
Perpustakan sebagai suatu organisasi sudah selayaknya berkembang untuk membuktikan bahwa perpustakaan sebagai organisasi yang hidup. Berkembang berarti melakukan perubahan baik dalam layanan, manajemen, koleksi maupun infrastruktur. Dalam perubahannya, partisipasi dari pengguna yang memiliki kebutuhan di perpustakaan merupakan komponen penting yang menentukan arah dan jenis perubahan yang dilakukan.
Pengguna perpustakaan terdiri dari dua jenis pengguna yang sudah menggunakan perpustakaan dan pengguna yang berpotensial menggunakan perpustakaan. Dua jenis pengguna ini dapat dilibatkan untuk mengembangkan perpustakaan. Masing-masing dapat memberikan ide pengembangan perpustakaan yang tidak atau belum pernah terpikirkan sebelumnya.
Perubahan yang Konstan dan Bertujuan
Perubahan yang konstan artinya selalu ada perkembangan di dalam perpustakaan. Perubahan ini harus didasari dengan alasan atau latar belakang dan tujuan yang jelas. Perubahan adalah dasar dari Library 2.0 : perubahan yang menjangkau pengguna baru, perubahan yang menghasilkan layanan baru dan perubahan yang merupakan tanggapan dari permintaan pengguna.
Dalam dunia perpustakaan, perubahan tidak selamanya mudah untuk dilakukan. Hambatan terhadap perubahan berasal dari budaya yang pegang kuat merasa cukup. Rutinitas administrasi yang perlu waktu dan tenaga keterbatasan biaya, dan keterbatasan sumber daya manusia adalah alasan lain tidak adanya perubahan. Jika ada perubahan maka seringkali merupakan hasil siklus rencana-terapkan-lupakan .Tidak ada tahap evaluasi yang memungkinkan adanya perbaikan berikutnya.
Library 2.0 membawa konsep perubahan yang terus menerus dan bertahap –evolutionary, bukan revolutionary. Perubahan model ini disatukan dalam organisasi, artinya menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan staff dan penggunanya. Pada setiap tahap perubahan selalu disertai dengan evaluasi terhadap perubahan tersebut. Evaluasi akan memberi stimulasi terhadap perubahan berikutnya. Demikian siklus itu akan terus berputar sehingga menjadi satu kegiatan rutin yang menghasilkan perubahan.
Ada banyak cara untuk menyatukan perubahan ke dalam organisasi. Dua di antaranya adalah Siklus Tiga Langkah atau Tree-Steps Cycle dan Model Perubahan Tiga Cabang atau Three Branches 0f Change Model.
Siklus Tiga Langkah terdiri dari 3 langkah. Tiga langkah ini dapat dikerjakan oleh suatu Tim Vertikal. Tim Vertikal terdiri dari personel-personel perwakilan dari setiap jenjang dalam struktur organisasi. Dari bagian administrasi atau operator sampai ke bagian manajerial. Dengan adanya wakil dari tiap jenjang, maka ada kepedulian terhadap layanan yang akan dikerjakan bersama. Setiap staff pada jenjang apapun dapat dengan leluasa memberi masukan atau ide kepada rekannya yang menjadi wakil dari Tim Vertikal ini. Tiga langkah tersebut yaitu:
1. Curah Pendapat tentang layanan baru dan perbaikan layanan
Ide perubahan dapat berasa dari staff segala jenjang dan pengguna. Tentukan cara yang mudah untuk ide ini tersampaikan dan terkumpul. Ide dapat disampaikan kapan saja dan dengan cara yang jelas bagi pemberi ide. Kotak saran, kuesioner, formulir saran di meja referensi atau sirkulasi, dan polling dapat menjadi cara. Saran atau ide kemudian dipresentasikan ke semua oleh tim sehingga dapat ditentukan mana yang akan direncanakan untuk diwujudkan.
2. Merencanakan layanan baru dan menyukseskannya
Ide layanan baru atau perbaikan layanan yang masuk dianalisis kemungkinannya untuk diwujudkan. Biaya, teknologi, infrastruktur, kesesuaian dengan visi dan misi, sumber daya manusia dan hal lain dapat menjadi faktor menentukan ide yang akan direncanakan.
Setelah ditetapkan ide layanan atau perbaikan layanan yang akan diwujudkan, rencanakan perwujudan tersebut: pembagian tugas, prosedur, penanggung jawab layanan, waktu tenggat layanan dimulai dan sebagainya.
Langkah berikutnya dalah menjalankan layanan tersebut.
3. Mengevaluasi layanan baru itu secara rutin
Rencanakan bagaimana dan kapan mengevaluasi layanan baru atau perbaikan layanan yang dilakukan. Dalam mengevaluasi staff dari jenjang apapun dan pengguna diikut-sertakan untuk memberikan masukan evaluasi.
Siklas Tiga Langkah tidak membutuhkan banyak orang untuk berada di dalam tim. Yang terpenting adalah tim vertikal yang dibentuk terdiri dari orang-orang dari berbagai jenjang dalam organisasi, dalam hal ini perpustakaan.
Pada Model Perubahan Tiga Cabang, ada 3 tim yang dibentuk. Tiga tim ini juga bersifat vertikal, seperti tim vertikal pada Siklus Tiga Langkah. Anggota masing-masing tim dapat di rotasi secara berkala. Tiga tim yang dibentuk yaitu :
1. Tim Investigasi
Tim yang bertugas untuk melakukan penyelidikan terhadap ide baru yang dapat diterapkan di perpustakaan. Survey, curah pendapat, dan pengumpulan ide atau masukan menjadi tanggung jawabnya. Jika ada ide yang sesuai dengan situasi perpustakaan dan kebutuhan pengguna maka tim ini membentuk Tim Perencana yang bersifat vertikal.
2. Tim Perencana
Tim perencana dibentuk jika ada ide yang sudah disetujui oleh Tim Investigasi. Tim perencana memastikan ide ini dapat diimplementasikan, membuat rencana detil dan membuat rencana untuk evaluasi ide ini ketika sudah dilaksanakan yaitu menentukan kriteria kesuksesan layanan yang akan dijalankan.
3. Tim Evaluasi
Tim ini berdiri sendiri, bersifat vertikal, mengalami rotasi anggota dan sesuai dengan namanya, tugasnya adalah melakukan evaluasi terhadap layanan di perpustakaan. Sifatnya yang berdiri sendiri dapat melakukan evaluasi terhadap beberapa layanan sekaligus. Jika menemukan kesuksesan pada suatu layanan, evaluasi dapat lanjutkan ke evaluasi layanan berikutnya dan akan melakukan evaluasi lagi pada periode berikutnya. Jika kriteria kesuksesan belum ditemukan maka tim ini akan menentukan apakah layanan tersebut diteruskan, diubah, atau dihentikan.
Dari cara kerja model perubahan ini, dibutuhkan banyak orang untuk bekerja dalam tim-tim. Model ini cocok untuk perpustakaan yang berskala sedang atau besar dengan sumber daya manusia yang cukup banyak untuk menjadi anggota 3 tim tersebut.
Partisipasi Pengguna
Pada komponen ini, Library 2.0 memberi perhatian kepada bagaimana pengguna dan non pengguna atau pengguna potensial dapat terlibat di dalam membuat layanan baru di perpustakaan, dan terlibat dalam layanan perpustakaan. Partisipasi berupa masukan ide dapat dilakukan melalui survey, kuesioner dan kotak saran seperti pada pembahasan sebelumnya.
Partisipasi dalam layanan perpustakaan adalah bagaimana pengguna memberikan masukan atau informasi yang dapat digunakan oleh pengguna lain. Sebagai contoh, sebuah katalog buku akan lebih informatif jika mereka yang pernah membaca buku tersebut dapat memberikan komentar tentang apa yang dipelajari dari buku tersebut. Ini seperti layanan yang diberikan oleh AMAZON.COM dengan memberikan kesempatan pada penggunanya untuk memberi review tentang buku yang dibeli atau dibacanya. Informasi tersebut akan berguna bagi pengguna lain yang akan membaca buku yang sama.
Keterlibatan pengguna dapat difasilitasi dengan teknologi informasi, sekalipun ini tidak selalu begitu. Di dalam konsep Library 2.0 teknologi informasi dianggap sebagai alat saja, tidak harus mempunya peran yang menentukan.
Penjangkauan Pengguna Potensial
Pengguna potensial adalah pengguna yang belum menggunakan layanan perpustakaan. Di dunia perpustakaan perguruan tinggi, banyak ditemukan mahasiswa yang tidak pernah memanfaatkan perpustakaan untuk berbagai alasan. Alasan-alasan inilah yang dapat dicari dan dikumpulkan. Mungkin saja mereka tidak tahu bahwa kebutuhan mereka sebenarnya dapat dipenuhi di perpustakaan. Mereka tidak tahu karena mereka punya gambaran tersendiri tentang perpustakaan. Melakukan survey secara khusus kepada pengguna potensial ini dapat menghasilkan ide-ide layanan baru bagi perpustakaan.
Hal lain yang mungkin sebabkan pengguna potensial tidak pernah ke perpustakan adalah karena mereka mendapati bahwa apa yang mereka butuhkan tidak ada di perpustakaan. Misalnya mereka yang ingin menemukan buku-buku tertentu, merasa kecewa karena tidak menemukannya di perpustakaan. Bisa jadi buku tersebut tidak populer atau tidak lagi beredar. Pada kenyataannya, buku-buku yang tidak populer banyak dicari oleh pengguna. Ini adalah konsep Long Tail dan sudah terbukti oleh AMAZON.COM yang banyak menjual buku-buku yang tidak populer lebih banyak dari pada buku yang populer.
Jika memungkinkan untuk mendapatkan buku atau koleksi khusus tersebut dengan cara meminjam, atau dalam format yang berbeda, pengguna potensial ini akan mendapati bahwa kebutuhannya dapat dipenuhi. Ini dapat menjadi ide layanan baru di perpustakaan. Sekali lagi, teknologi informasi dapat dimanfaatkan sebagai alat jika ada. Jika teknologi informasi belum tersedia, perpustakaan dapat memfasilitasi sejauh kemampuannya dan sesuai dengan fasilitas yang ada.
Penutup
Konsep Library 2.0 adalah konsep baru yang berkaitan dengan mengadakan perubahan di perpustakaan yang melibatkan pengguna. Perubahan ini dimaksudkan untuk perubahan yang senantiasa terjadi, tidak bersifat merombak secara drastis, tapi perubahan yang bertahap. Dengan demikian, perubahan akan selalu terjadi di dalam perpustakaan, baik layanannya, infrastrukturnya, fasilitasnya dan bahkan atmosfir di perpustakaan.
Konsep ini diperuntukkan bagi semua jenis perpustakaan dan semua ukuran perpustakaan. Ukuran perpustakaan yang kecil cenderung lebih mudah melakukan adaptasi terhadap perubahan, sementara semakin besar semakin membutuhkan lebih banyak usaha untuk berubah. Karena itu dalam melakukan perubahan perlu mengacu pada model perubahan yang sesuai.
Setiap model perubahan untuk mewujudkan layanan baru senantiasa memberi penekanan penting pada kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi adalah kegiatan yang membuat perubahan di perpustakaan dapat berlangsung terus menerus.
Referensi:
Casey, Michael E. Savastinuk, Laura C. Library 2.0: A Guide to Participatory Library Service. Information Today, Inc. 2007.
Miller, Paul. Web 2.0: Building the New Library. Ariadne. Ariadne Issue 45. 30-October-2005. Online: http://www.ariadne.ac.uk/issue45/miller/intro.html. Tgl Akses 13 Maret 2008.
Umi Proboyekti,S.Kom, MLIS
Kepala Perpustakaan Duta Wacana, UK. Duta Wacana, Yogyakarta